Saturday, December 17, 2011

Portoblog untuk Aulia Naratama

Yak, nyoba lagi, seorang Aulia Naratama rilis blog untuk kumpulan portofolio, karya dan studi kasus. Mari silahkan dicoba lihat-lihat ya. Dengan engine berbasis blogspot akhirnya ini akan gue dedikasikan untuk blog yang resmi. Isinya sih seputar kerjaan jadi Search Engine Optimization (SEO) di agensi periklanan digital dan hasta karya dari Lego. Enggak nyambung ya? Yah namanya juga lagi usaha. Siapa tau dapet orderan. Ehe-ehe-ehe.

Tenang, multiply ini akan tetap dipakai untuk curhat-alter ego- dan misah misuh.

Dan kalo ini berhasil, mau rilis travel blog sekalian.


Yuk ah
Nih, main-main yak
aulianaratama.blogspot.com

Portoblog untuk Aulia Naratama

Yak, nyoba lagi, seorang Aulia Naratama rilis blog untuk kumpulan portofolio, karya dan studi kasus. Mari silahkan dicoba lihat-lihat ya. Dengan engine berbasis blogspot akhirnya ini akan gue dedikasikan untuk blog yang resmi. Isinya sih seputar kerjaan jadi Search Engine Optimization (SEO) di agensi periklanan digital dan hasta karya dari Lego. Enggak nyambung ya? Yah namanya juga lagi usaha. Siapa tau dapet orderan. Ehe-ehe-ehe.

Tenang, multiply ini akan tetap dipakai untuk curhat-alter ego- dan misah misuh.

Dan kalo ini berhasil, mau rilis travel blog sekalian.


Yuk ah
Nih, main-main yak
aulianaratama.blogspot.com

Wednesday, December 14, 2011

The Hush Band

Satu bulan sudah terlewati. Dan gue masih merasa aneh setiap bangun tidur ada manusia di sebelah gue. Sekali lagi, satu fase dalam hidup terlewati. Iya, ini baru permulaan. Masih banyak fase yang harus gue lewatin. Blog Sazki dan mbak Moodspiral membuat gue harus menyiapkan diri untuk menghadapi fase-fase berikutnya.

Ternyata 2011 ini memutar balikkan semua hidup gue. Mungkin ada sesuatu diatas sana sedang tertawa. Mentertawakan gue. Banyak hal yang "memaksa" untuk move on. Mulai dari memasuki dunia pekerjaan yang benar-benar baru hingga harus memutuskan menjadi seorang suami. Semuanya nggak mudah.

Berikutnya, ini satu yang nggak mudah. Menjual salah satu harta berharga: menjual Suzuki Katana 4x4  gue yang melegenda....


The Hush Band

Satu bulan sudah terlewati. Dan gue masih merasa aneh setiap bangun tidur ada manusia di sebelah gue. Sekali lagi, satu fase dalam hidup terlewati. Iya, ini baru permulaan. Masih banyak fase yang harus gue lewatin. Blog Sazki dan mbak Moodspiral membuat gue harus menyiapkan diri untuk menghadapi fase-fase berikutnya.

Ternyata 2011 ini memutar balikkan semua hidup gue. Mungkin ada sesuatu diatas sana sedang tertawa. Mentertawakan gue. Banyak hal yang "memaksa" untuk move on. Mulai dari memasuki dunia pekerjaan yang benar-benar baru hingga harus memutuskan menjadi seorang suami. Semuanya nggak mudah.

Berikutnya, ini satu yang nggak mudah. Menjual salah satu harta berharga: menjual Suzuki Katana 4x4  gue yang melegenda....


Monday, December 12, 2011

Curhatnya di Multiply aja lah ya

Bulan-bulan lalu gue memutuskan pindah lapak ke blog-blog sebelah. Tapi nampaknya gue masih labil. Blog sebelah ternyata bakal jadi blog  yang cukup formal. Semua curhatan-curhatan kita kembalikan lagi ya kesini. 

Jadi? Apa kabar kalian?

Sehat? 

Ehehe ehe

Curhatnya di Multiply aja lah ya

Bulan-bulan lalu gue memutuskan pindah lapak ke blog-blog sebelah. Tapi nampaknya gue masih labil. Blog sebelah ternyata bakal jadi blog  yang cukup formal. Semua curhatan-curhatan kita kembalikan lagi ya kesini. 

Jadi? Apa kabar kalian?

Sehat? 

Ehehe ehe

Friday, December 9, 2011

Syifa Maharani - Murid di kelas SEO

Syifa Maharani - Akhirnya setelah lama akhirnya gue mengajar. Mengajar di kantor untuk management trainee. Nah, ada tantangan untuk mengoptimisasi secara live. Dan ini pembuktiannya! Silahkan search di Google nama tersebut. Gue yakin ada di top page.

Syifa Maharani - Murid di kelas SEO

Syifa Maharani - Akhirnya setelah lama akhirnya gue mengajar. Mengajar di kantor untuk management trainee. Nah, ada tantangan untuk mengoptimisasi secara live. Dan ini pembuktiannya! Silahkan search di Google nama tersebut. Gue yakin ada di top page.

Tuesday, October 11, 2011

Mari belajar bermain musik

Belajar musik via internet , itu mungkin jawaban gue kalo ditanya "eh elo belajar main musik dari mana sih?". Eh tunggu dulu, emangnya gue terlihat segitu jagonya ya main keyboard dan synthesizer. Memang gue secara visual keren sih, tapi jangan tertipu sodara-sodara. Gue cuma bisa ngeblok chord piano dasar mayor dan minor. Jangan harap gue bisa improvisasi kayak musisi beneran. Dan itu gue dapet dari youcup dan googling dengan keyword "piano chord".



Oke, karena gue baru sadar pas googling gak ada tutorial bagaimana bermain musik dengan baik dan benar dengan pemakaian bahasa Indonesia, makanya gue iseng-iseng bikin situs baru berjudul Belajar Musik Via Internet

Mari main musik. Main aja ya, gak usah serius-serius, yah namanya juga main-main...

Ada yang berniat mengisi? Mungkin mas Iman Fattah dan mas Anto Arief bisa membantu... 

Mari belajar bermain musik

Belajar musik via internet , itu mungkin jawaban gue kalo ditanya "eh elo belajar main musik dari mana sih?". Eh tunggu dulu, emangnya gue terlihat segitu jagonya ya main keyboard dan synthesizer. Memang gue secara visual keren sih, tapi jangan tertipu sodara-sodara. Gue cuma bisa ngeblok chord piano dasar mayor dan minor. Jangan harap gue bisa improvisasi kayak musisi beneran. Dan itu gue dapet dari youcup dan googling dengan keyword "piano chord".



Oke, karena gue baru sadar pas googling gak ada tutorial bagaimana bermain musik dengan baik dan benar dengan pemakaian bahasa Indonesia, makanya gue iseng-iseng bikin situs baru berjudul Belajar Musik Via Internet

Mari main musik. Main aja ya, gak usah serius-serius, yah namanya juga main-main...

Ada yang berniat mengisi? Mungkin mas Iman Fattah dan mas Anto Arief bisa membantu... 

Tuesday, July 26, 2011

Sukawana, Bandung: Gunung, Awan, dan Perkebunan



"Sebelum puasa gue harus..... "

Seperti kebanyakan orang, sebelum memasuki bulan puasa biasanya punya banyak rencana. Mulai dari beres-beres rumah, puas-puasin makan enak, mabok-mabokan (astagfirullah), dan lain sebagainya. Tapi titik-titik diatas gue isi dengan: jalan-jalan. Statement itu pun keluar di awal bulan ini "Pokoknya sebelum puasa gue harus jalan-jalan dulu. Kemana kek, yang penting nyari udara segar sambil berkendara."

Sang pacar ternyata sudah punya rencana lain, dia plesiran ke Vietnam bareng keluarganya. Jadi, gue gak mungkin sendirian. Walhasil, bersama teman-teman dari forum sebelah akhirnya kita memutuskan untuk jalan ke Sukawana Bandung.

Sebelumnya pernah sih mendengar nama Sukawana, tapi nggak tau persis dimana. Setau gue sih Sukawana itu jalan tembus lewat hutan ke arah Lembang, Bandung. Biasanya buat trekking, biking, motor-crossing dan offroad. Dengan kondisi trek yang sulit lebih tepatnya. Bahkan dari informasi yang di dapat ada orang yang semalaman baru bisa keluar hutan karena hujan.

Dengan modal nekat, logistik yang cukup, dan berserah diri kepada Tuhan, akhirnya Jumat 22 Juli 2011 rombongan berangkat dari Jakarta. 8 mobil jenis Suzuki bermarga Jimny ini bermalam di daerah Sariwangi, Bandung dan baru memulai aktivitasnya jam 10 pagi di hari Sabtu 23 Juli 2011.

Untuk masuk ke Sukawana, harus menuju arah Parompong, setelah Universitas Advent, nanti 100 meter akan melewati pasar, nah setelah pasar nanti di sebelah kiri ada plang "Perkebunan Nusantara Sukawana". Nah, masuk disitu, kita akan dimintain tiket masuk, kemarin sih 5000 perak per mobil.

Hawa sejuk, hamparan kebun teh, dan pemandangan Tangkuban Perahu jadi menu utama. Ini baru namanya cuci mata. Kondisi jalan makin keatas aspalnya mulai berganti menjadi jalan berbatuan. Dan kemudian, batu-batu ini habis dan berganti dengan tanah.


Pintu Masuk Sukawana



Jalan Mulai Habis


Gunung, Awan, Kebun


Mulai Tanah


Brum!



Hutan


Makin ke atas, suasana kebun teh berganti hutan pinus. Jalanan semakin mengecil, semak-semak makin rimbun dan jalan tanah berganti dengan genangan air.

Mulai Seram


Dan ketemu air





Ternyata Tuhan sedang berbaik hati, hari itu cerah, tidak hujan. Karena kalau hujan. Wah beneran kejadian bermalam di hutan. Cukup 3 jam perjalanan menuju cek poin terakhir. Dan di cek poin ini kita makan siang terlebih dahulu.

Memasak


Istirahat


Perjalanan dilanjutkan kembali, sesekali kita mendapatkan pemandangan kota Bandung dari atas bukit. Jalanan mulai menurun dan pohon pinus berganti dengan pohon karet. Nggak sampai 2 jam kami keluar dari Sukawana dan menemukan jalan aspal tembus di Lembang.

Overheat


Hutan Karet


Kota Bandung dari Atas


Cukup menyenangkan karena bisa menemukan sisi Bandung yang lain. Nggak Dago-Cihampelas-Cipaganti-PVJ melulu. Kalo mesin rada beres lagi, balik lagi ah kesana.

Oke, tadi diatas adalah cerita serunya.


Yang gak serunya ketika pulang dan magrib menjelang, beberapa dari kami melihat hal-hal yang janggal... Gak usah diceritain deh, soalnya gue juga takut.

Tadinya yang mau stay semalam lagi, akhirnya kita memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Yah lumayan , plesiran sebelum puasa.

Sampai jumpa lagi di seri plesiran berkendara berikutnya!












**foto: Aulia Naratama - Blackberry 8530, Mr. Bravie Es Be dan Dawam Darussalam

Sukawana, Bandung: Gunung, Awan, dan Perkebunan



"Sebelum puasa gue harus..... "

Seperti kebanyakan orang, sebelum memasuki bulan puasa biasanya punya banyak rencana. Mulai dari beres-beres rumah, puas-puasin makan enak, mabok-mabokan (astagfirullah), dan lain sebagainya. Tapi titik-titik diatas gue isi dengan: jalan-jalan. Statement itu pun keluar di awal bulan ini "Pokoknya sebelum puasa gue harus jalan-jalan dulu. Kemana kek, yang penting nyari udara segar sambil berkendara."

Sang pacar ternyata sudah punya rencana lain, dia plesiran ke Vietnam bareng keluarganya. Jadi, gue gak mungkin sendirian. Walhasil, bersama teman-teman dari forum sebelah akhirnya kita memutuskan untuk jalan ke Sukawana Bandung.

Sebelumnya pernah sih mendengar nama Sukawana, tapi nggak tau persis dimana. Setau gue sih Sukawana itu jalan tembus lewat hutan ke arah Lembang, Bandung. Biasanya buat trekking, biking, motor-crossing dan offroad. Dengan kondisi trek yang sulit lebih tepatnya. Bahkan dari informasi yang di dapat ada orang yang semalaman baru bisa keluar hutan karena hujan.

Dengan modal nekat, logistik yang cukup, dan berserah diri kepada Tuhan, akhirnya Jumat 22 Juli 2011 rombongan berangkat dari Jakarta. 8 mobil jenis Suzuki bermarga Jimny ini bermalam di daerah Sariwangi, Bandung dan baru memulai aktivitasnya jam 10 pagi di hari Sabtu 23 Juli 2011.

Untuk masuk ke Sukawana, harus menuju arah Parompong, setelah Universitas Advent, nanti 100 meter akan melewati pasar, nah setelah pasar nanti di sebelah kiri ada plang "Perkebunan Nusantara Sukawana". Nah, masuk disitu, kita akan dimintain tiket masuk, kemarin sih 5000 perak per mobil.

Hawa sejuk, hamparan kebun teh, dan pemandangan Tangkuban Perahu jadi menu utama. Ini baru namanya cuci mata. Kondisi jalan makin keatas aspalnya mulai berganti menjadi jalan berbatuan. Dan kemudian, batu-batu ini habis dan berganti dengan tanah.


Pintu Masuk Sukawana



Jalan Mulai Habis


Gunung, Awan, Kebun


Mulai Tanah


Brum!



Hutan


Makin ke atas, suasana kebun teh berganti hutan pinus. Jalanan semakin mengecil, semak-semak makin rimbun dan jalan tanah berganti dengan genangan air.

Mulai Seram


Dan ketemu air





Ternyata Tuhan sedang berbaik hati, hari itu cerah, tidak hujan. Karena kalau hujan. Wah beneran kejadian bermalam di hutan. Cukup 3 jam perjalanan menuju cek poin terakhir. Dan di cek poin ini kita makan siang terlebih dahulu.

Memasak


Istirahat


Perjalanan dilanjutkan kembali, sesekali kita mendapatkan pemandangan kota Bandung dari atas bukit. Jalanan mulai menurun dan pohon pinus berganti dengan pohon karet. Nggak sampai 2 jam kami keluar dari Sukawana dan menemukan jalan aspal tembus di Lembang.

Overheat


Hutan Karet


Kota Bandung dari Atas


Cukup menyenangkan karena bisa menemukan sisi Bandung yang lain. Nggak Dago-Cihampelas-Cipaganti-PVJ melulu. Kalo mesin rada beres lagi, balik lagi ah kesana.

Oke, tadi diatas adalah cerita serunya.


Yang gak serunya ketika pulang dan magrib menjelang, beberapa dari kami melihat hal-hal yang janggal... Gak usah diceritain deh, soalnya gue juga takut.

Tadinya yang mau stay semalam lagi, akhirnya kita memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Yah lumayan , plesiran sebelum puasa.

Sampai jumpa lagi di seri plesiran berkendara berikutnya!












**foto: Aulia Naratama - Blackberry 8530, Mr. Bravie Es Be dan Dawam Darussalam

Wednesday, April 6, 2011

Balada sang pencari kerja #2

Mungkin Dhendy Mawardi mengumumkan bahwa dia resmi patah hati, mungkin gue akan mengumumkan bahwa saya resmi jobless.

Sudah lama gak berstatus seperti ini. Tapi mana yang kamu pilih? patah hati atau jobless?

Semoga kalo bisa gak kedua-duanya.


Mari kita doakan biar Dhendy biar ketemu jodohnya...








...

Mohon doanya juga buat gue biar dapet kerjaan juga ya...








Balada sang pencari kerja #2

Mungkin Dhendy Mawardi mengumumkan bahwa dia resmi patah hati, mungkin gue akan mengumumkan bahwa saya resmi jobless.

Sudah lama gak berstatus seperti ini. Tapi mana yang kamu pilih? patah hati atau jobless?

Semoga kalo bisa gak kedua-duanya.


Mari kita doakan biar Dhendy biar ketemu jodohnya...








...

Mohon doanya juga buat gue biar dapet kerjaan juga ya...








Monday, April 4, 2011

Balada sang pencari kerja #1

Jreng,

Ternyata benar kata Mama, cari kerja (yang serius) itu sulit. Dan gue pun sedang mengalaminya. Tapi gue mencoba untuk ngejalaninnya dengan sabar dan galau. Tapi ternyata ada hal-hal yang cukup menarik buat di share, yah semoga seri tulisan ini gak berlarut-larut, cukup 2 seri aja ah.

Kejadiannya saat gue mau psikotes di perusahaan distributor obat-obatan dan farmasi:

Mbak: "Mas, mau psikotes juga"

Gue: "hu uh"

Mbak: "Eh masnya ngelamar apa?

Gue: " marketing supervisor mbak"

Mbak: " wah enak juga ya mas bisa ngelamar langsung dua posisi, marketing dan supervisor"


.....

..........

................


(fuuu)
FAIL!

Balada sang pencari kerja #1

Jreng,

Ternyata benar kata Mama, cari kerja (yang serius) itu sulit. Dan gue pun sedang mengalaminya. Tapi gue mencoba untuk ngejalaninnya dengan sabar dan galau. Tapi ternyata ada hal-hal yang cukup menarik buat di share, yah semoga seri tulisan ini gak berlarut-larut, cukup 2 seri aja ah.

Kejadiannya saat gue mau psikotes di perusahaan distributor obat-obatan dan farmasi:

Mbak: "Mas, mau psikotes juga"

Gue: "hu uh"

Mbak: "Eh masnya ngelamar apa?

Gue: " marketing supervisor mbak"

Mbak: " wah enak juga ya mas bisa ngelamar langsung dua posisi, marketing dan supervisor"


.....

..........

................


(fuuu)
FAIL!

Monday, February 28, 2011

Kasepuhan Ciptagelar – Desa di balik kabut Gunung Halimun

Kasepuhan Ciptagelar – Desa di balik kabut Jawa Barat
Satu bulan lamanya kami merencanakan trip keluar kota dengan teman-teman Suzuki Jimny/Katana yang bertemu di forum Kaskus. Obrolan ini keluar saat kami selesai kopdar di track offroad Jayanti, Sentul. Karena bosan dengan hiruk pikuk kota Jakarta kita merencanakan perjalanan ke luar kota. Dan akhirnya Kasepuhan Ciptagelar yang ada di puncak Gunung Halimun dipilih menjadi tujuan.

Jange (id kaskus jangs) yang memberi ide, karena istrinya adalah orang asli Kasepuhan Ciptagelar dan dia pernah kesana beberapa kali dengan mengendarai mobil. Konon katanya jalan menuju sana tergolong light offroad dengan medan berbatu-batu. Akhirnya kami pun sepakat menuju Kasepuhan Ciptagelar dan Pelabuhan Ratu di akhir bulan Februari.

Terhitung 6 mobil dan 12 orang mengkonfirmasi di hari Kamis, 24 Februari 2011, mereka adalah

1.    Jange & istri, Suzuki Jimny  4x4, ban Extragrip
2.    Dani & istri, Suzuki Jimny 4x4, ban 30” AT
3.    Asun Suzuki Katana 4x2 ban 29” AT
4.    Rendi Suzuki Sierra 4x4 ban 30” MT
5.    Redwan beserta pacar dan 2 adiknya dgn Suzuki Sierra 4x4 ban 34” MT
6.    Saya sendiri beserta navigator Adit dgn Suzuki Katana 4x4, ban 31 AT


Sabtu 26 Februari 2011 tepat pukul 00:00 tengah malam 4 mobil berkumpul di Rest Area Cibubur Tol Jagorawi. Sempat molor hingga satu jam karena menunggu 2 Suzuki Sierra yang  telat datang karena sempat ada trouble.  Pukul 01:30 setelah mengecek segala kelengkapan kami pun mulai bergerak menuju Pelabuhan ratu. Rute yang kami pilih adalah Tol Jagorawi – Ciawi – Cibadak – Pelabuhan ratu.  Perjalanan Jakarta – Pelabuhan Ratu memakan waktu sekitar 3 jam perjalanan dengan rata-rata kecepatan 60 km/jam. Kami sempat berhenti sejenak di daerah Lido. Setelah beristirahat sejenak, perjalanan pun dilanjutkan kembali, memasuki daerah Cibadak angin dingin mulai terasa, dan hawa ngantuk tiba-tiba menyerang.


Istirahat sejenak

Untung hawa ngantuk tidak mempengaruhi mata para pengemudi dan akhirnya kami sampai di Pelabuhan Ratu jam 4.30 pagi. Jange langsung membawa rombongan ke arah pantai, namun sebelumnya kami makan bubur dulu. Lumayan enak buburnya. Yah soalnya selain kantuk yang ditahan, lapar juga harus ikut ditahan.


Bubur pagi


Pagi menjelang, sampai di Pantai Citepus, Pelabuhan Ratu. Setelah memarkir mobil, langsung istirahat di saung pinggir pantai. Lumayan bisa tidur 1 jam.  Puas tidur, pantai pun memanggil. Setelah bermain sebentar, foto-foto, mandi dan ngemil rombongan kecil ini pun bergerak ke pom bensin untuk mengisi bahan bakar kemudian langsung menuju ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Awal perjalanan jalanan masih dilapisi aspal, tapi lama kelamaan aspalnya makin rusak dan tinggal batu-batuan. Walau jalanan rusak tapi suguhan pemandangan semakin indah. Perpaduan pemandangan sawah, gunung dan laut pemandangan yang memukau.
 
Pantai Citepus Pelabuhan Ratu



Jalan masih bagus, view pegunungan dan laut


Memasuki pintu masuk TN Gunung Halimun Salak tiba-tiba disambut hujan deras, suasana hutan yang mencekam bercampur kabut dan hujan deras membuat hati mulai was-was, apalagi ketika menemukan jembatan yang hanya dibuat dengan kayu gelondongan. Tanjakan-tanjakan mulai mengerikan, di beberapa titik mobil Asun yang tidak berpenggerak depan harus di derek. Dan kami pun harus rela berbasah-basahan kehujanan mendorong mobil. Akhirnya kami sampai di check point Desa Ciptarasa.

Jembatan Kayu Gelondongan


Gerbang Taman Nasional


Hujan kabut lawan terus!


Jalanan makin rusak


Di Desa Ciptarasa kami beristirahat sejenak, makan mie instan dan minum teh hangat di pelataran rumah warga ditemani hujan deras. Setelah perut terisi, perjalanan pun dilanjutkan kembali.

Pintu masuk Desa Ciptarasa


Istirahat


Kira-kira 10 kilometer lagi dari Desa Ciptagelar. Mobil 4x2 di-strap dari awal perjalanan, namun hanya bertahan 2 km, Katana Hijau gue menyerah di tanjakan 45 derajat. Kopling overheat dan terpaksa harus didinginkan dahulu, Suzuki Sierra kuning kepunyaan Rendi mencoba untuk menarik, tapi gagal. Mesin overheat. Tiba-tiba jangkrik kepunyaan Jange ban-nya bocor. Wah, ada yang gak beres. Di satu titik dan bebarengan semua mobil trouble. Hari sudah semakin sore, dan waktu sudah molor 2 jam dari rencana. Seharusnya Pelabuhan Ratu – Ciptagelar memakan waktu 2 jam, ini sudah 4 jam belum sampai juga di tempat tujuan. Akhirnya dibuat keputusan cepat: mobil Asun harus ditinggal. Di parkir di tempat yang aman  dan langsung menuju Ciptagelar sebelum magrib menjelang. Kalau terjebak di perjalanan pas magrib akan lebih repot.

Dorong


Menyerah



Diparkir saja


Untung jam 17.00 rombongan kecil ini tiba di pintu masuk Desa Ciptagelar, dan menemukan bengkel mobil disitu. Jange dan istrinya langsung turun dan meminta tolong untuk mengevakuasi mobil Asun yang ditinggal. Orang-orang di bengkel tersebut menyanggupi mengevakuasi mobil setelah magrib atau esok hari setelah subuh. Gak apa-apalah, yang penting mereka mau menolong. Di bengkel itu sempat bertemu dengan pemimpin adat desa Ciptagelar; Abah Ugi.
Sampai


Desa Ciptagelar adalah desa adat yang tersembunyi di balik gunung Halimun. Desa ini sangat melindungi kebudayaan aslinya dan menjunjung tinggi adat istiadat tradisionalnya. Oleh karena itu disebut kasepuhan, yang dalam bahasa Sunda “sepuh” berarti tua. Walaupun begitu mereka tetap menerima budaya modern seperti adanya listrik, alat telekomunikasi, hingga sistem sanitasi.  Sayangnya, karena terlalu lelah, kami tidak bisa lama-lama menikmati desa ini dengan maksimal. Setelah disuguhi makan malam, rombongan pun tertidur pulas  di rumah salah satu warga hingga pukul 6 esok harinya.
 
Rumah Adat

Kincir

Pagi harinya kami menikmati suasana Desa Ciptagelar ini. Udara yang bersih dan jauh dari kebisingan. Tapi sayangnya pukul 10 pagi harus kembali ke Pelabuhan Ratu. Kami pun berpamitan dengan tuan rumah, sungguh disayangkan. Padahal masih ingin tinggal 1-2 hari lagi disitu. Rute menuju Pelabuhan Ratu melalui jalur yang berbeda yaitu Ciptagelar – Cimapag -  Cicadas. Jalur ini lebih mudah dibandingkan jalur keberangkatan. Mobil Asun yang tidak dilengkapi gardan depan berhasil menaklukkan semua tanjakan dan mencapai Pelabuhan Ratu. Kali ini perjalanan pulang on time, yaitu 2 jam pas.
 
Turun Gunung


View-nya..

Sebelum kembali ke Jakarta sekali lagi kami bermain di atas lembutnya pasir Pelabuhan Ratu dan mengisi perut di rumah makan seafood prasmanan di seberang terminal Pelabuhan. Pukul 16:00 kami bersiap menuju Jakarta dengan rute Pelabuhan Ratu – Cikidang – Ciawi – Jagorawi. Puji syukur, pukul 20:00 rombongan ini memasuki Jakarta tanpa adanya masalah yang berarti.
 
Ride on the beach


Sepertinya gue pribadi ingin kembali ke Kasepuhan Ciptagelar lagi kalau ada liburan panjang. Minimal 5 hari libur lah, biar bisa menikmati dan mengenal lebih dekat kebudayaan Ciptagelar. Dan ingin ngobrol dengan sang Abah, pasti banyak filosofi menarik.  Ada yang tertarik? Nebeng mobil gue aja nanti.


Jalur berangkat:
Tol Jagorawi – Ciawi – Cibadak – Pelabuhan ratu – taman nasional gunung halimun salak – ciptarasa – ciptagelar


Jalur pulang:
Ciptagelar – Cimapag -  Cicadas – Pelabuhan ratu – Cikidang – Ciawi

Total perjalanan 186 km, menghabiskan kira-kira 50 liter bensin (boros karena harus nyeret-nyeret mobil) dan uang cash 150ribu rupiah.

Kasepuhan Ciptagelar – Desa di balik kabut Gunung Halimun

Kasepuhan Ciptagelar – Desa di balik kabut Jawa Barat


Satu bulan lamanya kami merencanakan trip keluar kota dengan teman-teman Suzuki Jimny/Katana yang bertemu di forum Kaskus. Obrolan ini keluar saat kami selesai kopdar di track offroad Jayanti, Sentul. Karena bosan dengan hiruk pikuk kota Jakarta kita merencanakan perjalanan ke luar kota. Dan akhirnya Kasepuhan Ciptagelar yang ada di puncak Gunung Halimun dipilih menjadi tujuan.

Jange (id kaskus jangs) yang memberi ide, karena istrinya adalah orang asli Kasepuhan Ciptagelar dan dia pernah kesana beberapa kali dengan mengendarai mobil. Konon katanya jalan menuju sana tergolong light offroad dengan medan berbatu-batu. Akhirnya kami pun sepakat menuju Kasepuhan Ciptagelar dan Pelabuhan Ratu di akhir bulan Februari.

Terhitung 6 mobil dan 12 orang mengkonfirmasi di hari Kamis, 24 Februari 2011, mereka adalah

1.    Jange & istri, Suzuki Jimny  4x4, ban Extragrip
2.    Dani & istri, Suzuki Jimny 4x4, ban 30” AT
3.    Asun Suzuki Katana 4x2 ban 29” AT
4.    Rendi Suzuki Sierra 4x4 ban 30” MT
5.    Redwan beserta pacar dan 2 adiknya dgn Suzuki Sierra 4x4 ban 34” MT
6.    Saya sendiri beserta navigator Adit dgn Suzuki Katana 4x4, ban 31 AT


Sabtu 26 Februari 2011 tepat pukul 00:00 tengah malam 4 mobil berkumpul di Rest Area Cibubur Tol Jagorawi. Sempat molor hingga satu jam karena menunggu 2 Suzuki Sierra yang  telat datang karena sempat ada trouble.  Pukul 01:30 setelah mengecek segala kelengkapan kami pun mulai bergerak menuju Pelabuhan ratu. Rute yang kami pilih adalah Tol Jagorawi – Ciawi – Cibadak – Pelabuhan ratu.  Perjalanan Jakarta – Pelabuhan Ratu memakan waktu sekitar 3 jam perjalanan dengan rata-rata kecepatan 60 km/jam. Kami sempat berhenti sejenak di daerah Lido. Setelah beristirahat sejenak, perjalanan pun dilanjutkan kembali, memasuki daerah Cibadak angin dingin mulai terasa, dan hawa ngantuk tiba-tiba menyerang.


Istirahat sejenak


Untung hawa ngantuk tidak mempengaruhi mata para pengemudi dan akhirnya kami sampai di Pelabuhan Ratu jam 4.30 pagi. Jange langsung membawa rombongan ke arah pantai, namun sebelumnya kami makan bubur dulu. Lumayan enak buburnya. Yah soalnya selain kantuk yang ditahan, lapar juga harus ikut ditahan.



Bubur pagi


 

Pagi menjelang, sampai di Pantai Citepus, Pelabuhan Ratu. Setelah memarkir mobil, langsung istirahat di saung pinggir pantai. Lumayan bisa tidur 1 jam.  Puas tidur, pantai pun memanggil. Setelah bermain sebentar, foto-foto, mandi dan ngemil rombongan kecil ini pun bergerak ke pom bensin untuk mengisi bahan bakar kemudian langsung menuju ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Awal perjalanan jalanan masih dilapisi aspal, tapi lama kelamaan aspalnya makin rusak dan tinggal batu-batuan. Walau jalanan rusak tapi suguhan pemandangan semakin indah. Perpaduan pemandangan sawah, gunung dan laut pemandangan yang memukau.

 

Pantai Citepus Pelabuhan Ratu




Jalan masih bagus, view pegunungan dan laut



Memasuki pintu masuk TN Gunung Halimun Salak tiba-tiba disambut hujan deras, suasana hutan yang mencekam bercampur kabut dan hujan deras membuat hati mulai was-was, apalagi ketika menemukan jembatan yang hanya dibuat dengan kayu gelondongan. Tanjakan-tanjakan mulai mengerikan, di beberapa titik mobil Asun yang tidak berpenggerak depan harus di derek. Dan kami pun harus rela berbasah-basahan kehujanan mendorong mobil. Akhirnya kami sampai di check point Desa Ciptarasa.

 

Jembatan Kayu Gelondongan



Gerbang Taman Nasional



Hujan kabut lawan terus!



Jalanan makin rusak



Di Desa Ciptarasa kami beristirahat sejenak, makan mie instan dan minum teh hangat di pelataran rumah warga ditemani hujan deras. Setelah perut terisi, perjalanan pun dilanjutkan kembali.


Pintu masuk Desa Ciptarasa



Istirahat



Kira-kira 10 kilometer lagi dari Desa Ciptagelar. Mobil 4x2 di-strap dari awal perjalanan, namun hanya bertahan 2 km, Katana Hijau gue menyerah di tanjakan 45 derajat. Kopling overheat dan terpaksa harus didinginkan dahulu, Suzuki Sierra kuning kepunyaan Rendi mencoba untuk menarik, tapi gagal. Mesin overheat. Tiba-tiba jangkrik kepunyaan Jange ban-nya bocor. Wah, ada yang gak beres. Di satu titik dan bebarengan semua mobil trouble. Hari sudah semakin sore, dan waktu sudah molor 2 jam dari rencana. Seharusnya Pelabuhan Ratu – Ciptagelar memakan waktu 2 jam, ini sudah 4 jam belum sampai juga di tempat tujuan. Akhirnya dibuat keputusan cepat: mobil Asun harus ditinggal. Di parkir di tempat yang aman  dan langsung menuju Ciptagelar sebelum magrib menjelang. Kalau terjebak di perjalanan pas magrib akan lebih repot.

 

Dorong



Menyerah




Diparkir saja



Untung jam 17.00 rombongan kecil ini tiba di pintu masuk Desa Ciptagelar, dan menemukan bengkel mobil disitu. Jange dan istrinya langsung turun dan meminta tolong untuk mengevakuasi mobil Asun yang ditinggal. Orang-orang di bengkel tersebut menyanggupi mengevakuasi mobil setelah magrib atau esok hari setelah subuh. Gak apa-apalah, yang penting mereka mau menolong. Di bengkel itu sempat bertemu dengan pemimpin adat desa Ciptagelar; Abah Ugi.

Sampai



Desa Ciptagelar adalah desa adat yang tersembunyi di balik gunung Halimun. Desa ini sangat melindungi kebudayaan aslinya dan menjunjung tinggi adat istiadat tradisionalnya. Oleh karena itu disebut kasepuhan, yang dalam bahasa Sunda “sepuh” berarti tua. Walaupun begitu mereka tetap menerima budaya modern seperti adanya listrik, alat telekomunikasi, hingga sistem sanitasi.  Sayangnya, karena terlalu lelah, kami tidak bisa lama-lama menikmati desa ini dengan maksimal. Setelah disuguhi makan malam, rombongan pun tertidur pulas  di rumah salah satu warga hingga pukul 6 esok harinya.

 

Rumah Adat


Kincir


Pagi harinya kami menikmati suasana Desa Ciptagelar ini. Udara yang bersih dan jauh dari kebisingan. Tapi sayangnya pukul 10 pagi harus kembali ke Pelabuhan Ratu. Kami pun berpamitan dengan tuan rumah, sungguh disayangkan. Padahal masih ingin tinggal 1-2 hari lagi disitu. Rute menuju Pelabuhan Ratu melalui jalur yang berbeda yaitu Ciptagelar – Cimapag -  Cicadas. Jalur ini lebih mudah dibandingkan jalur keberangkatan. Mobil Asun yang tidak dilengkapi gardan depan berhasil menaklukkan semua tanjakan dan mencapai Pelabuhan Ratu. Kali ini perjalanan pulang on time, yaitu 2 jam pas.

 

Turun Gunung



View-nya..


Sebelum kembali ke Jakarta sekali lagi kami bermain di atas lembutnya pasir Pelabuhan Ratu dan mengisi perut di rumah makan seafood prasmanan di seberang terminal Pelabuhan. Pukul 16:00 kami bersiap menuju Jakarta dengan rute Pelabuhan Ratu – Cikidang – Ciawi – Jagorawi. Puji syukur, pukul 20:00 rombongan ini memasuki Jakarta tanpa adanya masalah yang berarti.

 

Ride on the beach



Sepertinya gue pribadi ingin kembali ke Kasepuhan Ciptagelar lagi kalau ada liburan panjang. Minimal 5 hari libur lah, biar bisa menikmati dan mengenal lebih dekat kebudayaan Ciptagelar. Dan ingin ngobrol dengan sang Abah, pasti banyak filosofi menarik.  Ada yang tertarik? Nebeng mobil gue aja nanti.

 

 

Jalur berangkat:

Tol Jagorawi – Ciawi – Cibadak – Pelabuhan ratu – taman nasional gunung halimun salak – ciptarasa – ciptagelar

 

 

Jalur pulang:

Ciptagelar – Cimapag -  Cicadas – Pelabuhan ratu – Cikidang – Ciawi

 

Total perjalanan 186 km, menghabiskan kira-kira 50 liter bensin (boros karena harus nyeret-nyeret mobil) dan uang cash 150ribu rupiah.